Beranda Seni dan Budaya Bacakan Puisi “Untukmu Bung Tomo”, Menbud Fadli Zon Janji Bangun Ekosistem Sastra...

Bacakan Puisi “Untukmu Bung Tomo”, Menbud Fadli Zon Janji Bangun Ekosistem Sastra Indonesia

29
0
Menteri Kebudayaan Fadli Zon saat membacakan puisi dalam acara Sasana Sastra: Membaca 80 Tahun Indonesia (dok. Kementerian Kebudayaan).

JAKARTA – Menteri Kebudayaan Republik Indonesia, Fadli Zon, membacakan puisi berjudul ”Untukmu Bung Tomo” dalam acara Sasana Sastra: Membaca 80 Tahun Indonesia yang digelar di Teater Besar, Taman Ismail Marzuki.

Puisi tersebut ditulis oleh Fadli Zon pada 10 November 1985, saat ia masih berusia 14 tahun, sebagai bentuk penghormatan kepada Bung Tomo, tokoh pejuang kemerdekaan Indonesia yang wafat di Tanah Suci pada 1981.

“Saya akan membacakan puisi yang saya tulis sekitar 40 tahun yang lalu—tepatnya pada 10 November 1985. Puisi ini saya tulis untuk mengenang seorang pejuang besar yang sangat berarti bagi bangsa ini. Beliau adalah Bung Tomo, yang wafat di Tanah Suci pada tahun 1981,” ucapnya.

Melalui pembacaan puisi ”Untukmu Bung Tomo”, Menbud Fadli Zon menyampaikan harapannya bahwa semangat perjuangan para pahlawan tetap hidup dalam jiwa generasi penerus, menguatkan semangat kebangsaan, dan mempersatukan keberagaman untuk Indonesia yang lebih baik.

Acara Sasana Sastra: Membaca 80 Tahun Indonesia diselenggarakan sebagai bagian dari peringatan Hari Ulang Tahun Ke-80 Republik Indonesia.

Kegiatan ini menjadi wadah apresiasi bagi para sastrawan dan penyair yang telah berkontribusi dalam mengabadikan nilai-nilai kebangsaan melalui karya-karya mereka.

Melalui acara ini, Menbud Fadli Zon menegaskan kembali bahwa Kementerian Kebudayaan akan terus mendukung dan membangun ekosistem sastra Indonesia.

“Kementerian Kebudayaan akan terus mengawal agar sastra Indonesia terus hidup dan maju, menjadi bagian penting dalam perjalanan bangsa menuju masa depan,” tuturnya.

UNTUKMU BUNG TOMO  

 

bergema di angkasa  

bergetar bumi pertiwi 

bergelora di dalam dada 

pekikan kemerdekaan membahana 

waktu itu sepuluh Nopember di Surabaya  

kau bangkitkan semangat yang hampir pudar  

kau bangunkan patriot ke medan bakti 

tetes-tetes darah menyirami bumi  

ratap tangis ibu-ibu yang kehilangan putranya  

di atas mayat-mayat bergelimpangan  

mereka berkata…  

Allahu Akbar! Merdeka atau Mati! 

 

sekarang kau telah tiada Bapak kami 

di tanah suci kau hembuskan nafas terakhir 

dalam doa 

tiada salvo 

tiada bendera setengah tiang 

tiada prosesi jenazah 

semua diam, semua kelam 

 

selamat jalan Bapak kami 

dalam haribaan ibu pertiwi  

kau telah terlepas dari tirani 

dari bumimu, yang penuh noda dan dosa 

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini